tataguna lahan. Semakin meningkat pengalihan fungsi dari lahan terbuka menjadi lahan permukiman menyebabkan berkurangnya daerah resapan air hujan. Perubahan tata guna lahan juga mempengaruhi system hidrologi sehingga dapat menyebabkan terjadinya banjir pada musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Pengaliran air yang terkendali dan semakin
Realitayang terjadi adalah kini banyak lahan pertanian diubah menjadi perumahan, pabrik, pom, dll. Dengan alasan ekonomi mereka merelakan lahan sawahnya dialih fungsikan. Jika dilihat lahan pertanian adalah bekal untuk hidup jangka panjang. Karena sumber daya alam tidak akan pernah habis apabila selalu diperbarui dan dirawat.
Sehinggapemerintah memutuskan untuk membuka lahan perhutanan sebagai bentuk pengalihan lahan menjadi perumahan. Tentu hal tersebut menimbulkan sisi positif dan juga negatif dari beberapa pihak. Sudah tentu akan menimbulkan bencana alam seperti banjir hingga tanah longsor yang sebagai akibat dari hilangnya resapan air hujan. Banjir akan
4 Berkurangnya lahan resapan air. Konversi lahan identik dengan perubahan kondisi ruang. Konversi lahan tidak dapat dicegah karena kebutuhan manusia akan ruang tidak dapat dihindari. Mencegah konversi lahan bisa jadi menghambat pembangunan suatu negara. Oleh karena itu, konversi lahan pertanian harus tetap terjadi.
tahun2017, jumlahnya bekurang menjadi 48.000 hektar. Lahan- lahan pertanian ini beralih menjadi kawasan perumahan ataupun industri. Dengan adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian ini menyebabkan dampak terhadap lingkungan, terutama kerusakan lahan atau degradasi lahan. Arsyad (2010; Mohamad Agus Salim, 2015))
O1ACq3p. Lahan yang sebelumnya digunakan sebagai pemukiman atau pesawahan dikonversi demi perluasan area bandara merupakan dampak perkembangan iptek terhadap perubahan ruang di bidang.. Lahan yang sebelumnya digunakan sebagai pemukiman atau pesawahan dikonversi demi perluasan area bandara merupakan dampak perkembangan iptek terhadap perubahan ruang di bidang Geografi Lahan yang sebelumnya digunakan sebagai pemukiman atau persawahan dikonversi demi perluasan area bandara merupakan dampak perkembangan Iptek terhadap perubahan ruang di bidang Geografi.
Perubahan karakter banjir genangan menjadi banjir bandang di Sungai Beringin dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir menjadi sebuah indikasi bahwa telah terjadi ketidakseimbangan tata air di dalam daerah aliran sungai DAS. Alih fungsi lahan diduga menjadi salah satu faktor pemicu penurunan kualitas DAS yang berakibat pada peningkatan debit puncak aliran permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola dan laju perubahan penggunaan lahan DAS Beringin periode tahun 2009 - 2019 serta menghitung perubahan jumlah debit puncak aliran permukaan yang menjadi input sungai. Citra satelit resolusi tinggi yang bersumber dari Google Earth digunakan untuk memetakan pola perubahan penggunaan lahan. Laju infiltrasi diukur secara langsung di lapangan untuk mengetahui koefisien aliran pada setiap perbedaan jenis tanah dan penutup lahan. Debit puncak aliran permukaan kemudian dihitung melalui persaman rasional. Perkembangan kompleks perindustrian di sisi Barat Kota Semarang telah memicu pembangunan gedung dan permukiman yang cukup pesat di DAS Beringin. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun berdampak pada peningkatan yang cukup signifikan terhadap debit aliran puncak. Kegiatan monitoring dan konservasi DAS sangat penting dilakukan guna mencegah kerusakan lingkungan yang semakin parah di masa akan datang. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOGRAFI III PERAN KEILMUAN GEOGRAFI DALAM AGENDA PEMBANGUNAN NASIONAL 2019-2024 Diselenggarakan di Auditorium Merapi Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2 November 2019 BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2020 PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOGRAFI III PERAN KEILMUAN GEOGRAFI DALAM AGENDA PEMBANGUNAN NASIONAL 2019-2024 Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia Penanggung Jawab Dr. Lutfi Muta’ali, Steering Committee Aryana Rachmad Sulistya, Ketua Pelaksana La Ode Saleh Isa, Reviewer Dr. Lutfi Muta’ali, Dr. Sudrajat, Dr. Sri Rum Giyarsih, Dr. Nurul Khakhim, Ketua Panitia Acara Septi Sri Rahmawati, Wakil Ketua Panitia Acara Raudatul Jannah, Desain Sampul Wahyu Adimarta, Editor Putu Indra Christiawan, Hafidz Wibisono, Imam Arifa’illah Syaiful Huda, Faiz Urfan, Tata Letak Dita Septyana, Irwansyah, Marina Evana Putri Darise, Raudatul Jannah, E-ISBN 978-979-8786-98-3 Dipublikasikan oleh Badan Penerbit Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Sekip Utara, Jalan Kaliurang, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 Telpon +62 274 649 2340, +62 274 589595 Email Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM i KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT dan shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya acara Seminar Nasional Geografi III pada tanggal 2 November 2019 dapat terlaksana. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Tema dari seminar ini ialah “Peran Keilmuan Geografi dalam Agenda Pembangunan Nasional 2019-2024”. Pembangunan Nasional menjadi topik yang mesti dipikirkan bersama untuk keberlanjutan dan kesehjateraan masyarakat Indonesia secara utuh dan keseluruhan. Pembangunan Nasional telah dirancang sedemikian rupa dalam bingkai nasional sejak era presiden pertama negeri ini sampai era kepemimpinan sekarang. Tentunya, beberapa hasil pembangunan telah nampak dan telah kita nikmati. Hasil pembangunan ini menyisakan pekerjaan rumah dalam rupa pembangunan berkelanjutan yang mesti diselesaikan melalui sinergitas antara pemerintah, masyarakat dan akademisi. Peran keilmuan geografi merupakan bagian dari sisi akademis yang dapat memberi kontribusi dalam pembangunan nasional. Penerapan pendekatan spasial dan keruangan dalam pembangunan dapat berkorelasi dengan disiplin ilmu lain sehingga sinergi yang diharapkan dapat terjadi dalam rangka memberi masukan kepada para stakeholder untuk mengambil langkah yang tepat dalam pembangunan berkelanjutan. Selain itu, peran keilmuan geografi dapat menjadi panggung dalam pentas pembangunan nasional. Olehnya itu, peran keilmuan ini dapat memberikan manfaat-manfaat dalam pembangunan nasional. Berangkat dari pemikiran tersebut, Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada bermaksud menyelenggarakan seminar nasional. Kegiatan seminar ini diharapkan dapat menjadi ajang komunikasi antar mahasiswa, peneliti, para ahli dan akademisi di Indonesia, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam bentuk penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang berkualitas dan memiliki daya guna untuk menunjang pengelolaan sumberdaya wilayah yang terpadu, optimal dan berkelanjutan. Kesuksesan acara ini tidak terlepas dari kontribusi dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam kegiatan Seminar Nasional Geografi III 2019. Yogyakarta, April 2020 La Ode Saleh Isa, Ketua Panitia Seminar Nasional Geografi III 2019 Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM ii DAFTAR ISI DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii FISIK METODE WALDVOGEL DAN SEVERE HAIL INDEX SHI UNTUK MENDETEKSI KEJADIAN HUJAN ES Heriyanto Wicaksono, Amat Komi, Nabilla Aulia, Rizky Umul Nisa Fadhila, Eko Wardoyo .............................................................................................................................. 1 PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK ALIRAN PERMUKAAN DI DAS BERINGIN, JAWA TENGAH Mahendra Zhafir Pratama, Rois Saida Sanjaya, Prayitno, Zulfikar Ardiansyah Fajri, Elok Surya Pratiwi, Edy Trihatmoko ................................................................................................. 9 PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP DEBIT ALIRAN SUNGAI SUB DAS CI MANUK HULU Muhammad Fitrah Pratama, Tjiong Giok Pin, Kuswantoro Marko ...................................... 17 TERUSAN SESAR KENDENG DI JAWA TENGAH DENGAN METODE SECOND VERTICAL DERIVATIVE DAN MOVING AVERAGE Muhammad Akhadi, Mohamad Kamal A, Bigar Kristantyo .................................................. 26 AIR SUNGAI-SUNGAI ALOGENIK DI KAWASAN KARST GUNUNGSEWU, KABUPATEN GUNUNGKIDUL PADA MUSIM KEMARAU M. Widyastuti, Ahmad Cahyadi, Tjahyo Nugroho Adji, Setyawan Purnama, Febby Firizqi, Muhammad Naufal, Fajri Ramadhan, Indra Agus Riyanto, Muhammad Ridho Irshabdillah.................................................................................................................... 36 BATUGAMPING DI WILAYAH LUWENG BLIMBING DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNGKIDUL Eko Haryono, Muchammad Amin Nurrohman, Gemasakti Adzan, Lely Adriani Nasution, Husna Diah, Ahmad Cahyadi, Risma Sari Septianingrum .................................................... 43 LORONG GUA DI GEOSITE GUA PINDUL, GEOPARK GUNUNGSEWU, KABUPATEN GUNUNGKIDUL Mohammad Ainul Labib, Eko Haryono, Haviz Damar Sasongko, Ahmad Cahyadi, Eko Bayu Dharma Putra, Danardono, Roza Oktama, Tjahyo Nugroho Adji ........................ 50 PENGARUH EL NINO DAN LA NINA TERHADAP VARIABILITAS IKLIM DAN MUSIM DI KALIMANTAN TENGAH Erlita Aprilia, Sindya Nur Ritasari, Agus Safril ..................................................................... 58 KESESUAIAN PERTAMBANGAN BATU KAPUR MENGGUNAKAN SIG DI PROVINSI SULAWESI SELATAN Pina Maulidina Hidayat, Muhammad Attorik Falensky ........................................................ 67 SESAR MERATUS BERDASARKAN ANOMALI GAYA BERAT MENGGUNAKAN METODE SECOND VERTICAL DERIVATIVE Denny Valeri Siregar, Mahmud Yusuf, M. Taufik Gunawan, Yuan Yulizar, Anggita Adidarma .................................................................................................................................. 76 KONDISI LAHAN DAN PETANI TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SLEMAN ANALISIS JALUR DATA SURVEI TANAMAN PANGAN TAHUN 2016-2017 Fathonah Tri Hastuti, Amalia Romadhona ............................................................................ 83 TIPE HIDROGEOKIMIA AIRTANAH MENGGUNAKAN METODE STUYFZAND DI WILAYAH KEPESISIRAN KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR Mice Putri Afriyani, Langgeng Wahyu Santosa, Tjahyo Nugroho Adji ................................ 90 Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 9 PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK ALIRAN PERMUKAAN DI DAS BERINGIN, JAWA TENGAH Mahendra Zhafir Pratama, Rois Saida Sanjaya, Prayitno, Zulfikar Ardiansyah Fajri, Elok Surya Pratiwi, Edy Trihatmoko mahendrazhafir Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Perubahan karakter banjir genangan menjadi banjir bandang di Sungai Beringin dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir menjadi sebuah indikasi bahwa telah terjadi ketidakseimbangan tata air di dalam daerah aliran sungai DAS. Alih fungsi lahan diduga menjadi salah satu faktor pemicu penurunan kualitas DAS yang berakibat pada peningkatan debit puncak aliran permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola dan laju perubahan penggunaan lahan DAS Beringin periode tahun 2009 - 2019 serta menghitung perubahan jumlah debit puncak aliran permukaan yang menjadi input sungai. Citra satelit resolusi tinggi yang bersumber dari Google Earth digunakan untuk memetakan pola perubahan penggunaan lahan. Laju infiltrasi diukur secara langsung di lapangan untuk mengetahui koefisien aliran pada setiap perbedaan jenis tanah dan penutup lahan. Debit puncak aliran permukaan kemudian dihitung melalui persaman rasional. Perkembangan kompleks perindustrian di sisi Barat Kota Semarang telah memicu pembangunan gedung dan permukiman yang cukup pesat di DAS Beringin. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun berdampak pada peningkatan yang cukup signifikan terhadap debit aliran puncak. Kegiatan monitoring dan konservasi DAS sangat penting dilakukan guna mencegah kerusakan lingkungan yang semakin parah di masa akan datang. Kata Kunci banjir, debit puncak aliran, perubahan lahan. PENDAHULUAN Latar Belakang DAS Beringin merupakan salah satu DAS yang telah termasuk dalam kondisi DAS Prioritas di Kota Semarang dan telah mengalami gejala kerusakan. Permasalahan yang sering timbul di DAS Beringin adalah ketika musim penghujan hampir setiap tahun terjadi fenomena banjir, sedangkan ketika musim kemarau banyak wilayah yang terjadi kekeringan Setyowati, 2015. Selama tahun 2010 sampai pada tahun 2017 DAS Beringin telah mengalami 8 kali banjir dengan 2 diantaranya telah mengalami perubahan tipe banjir, dari yang semula berupa banjir genangan menjadi banjir bandang Indrayati et al., 2018. Fenomena banjir dalam suatu DAS disebabkan karena ketidakmampuan daerah aliran sungai tersebut dalam menampung, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh pada kawasan tersebut. Sehingga sebagian air hujan yang tertampung dalam DAS akan mengalir sebagai limpasan permukaan dan hanya sebagian kecil yang dapat terserap dalam tanah Asdak dalam Setyowati, 2008. Debit aliran di suatu DAS sangat dipengaruhi oleh jenis pengguaan lahan pada kawasan tersebut. Perubahan penggunaan lahan dan curah hujan yang ekstrim akan meningkatkan jumlah aliran permukaan, selain itu pemadatan pada permukaan tanah akan mengakibatkan kapasitas infiltrasi tanah akan semakin berkurang Helengkara dalam Sriartha, 2015. Perubahan penggunaan lahan akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas dari suatu sistem tata air dalam suatu DAS. Permasalahan yang sering terjadi di DAS Beringin akibat perubahan penggunaan lahan seperti penurunan kualitas lingkungan, banjir, dan erosi Sanjoto dan M. Nawawi, 2014. Dewasa ini DAS Beringin telah mengalami pengembangan dan pembangunan wilayah yang cukup pesat serta mengalami perubahan penggunaan lahan dari kawasan pertanian dan hutan karet menjadi kawasan terbangun akibat dari pertambahan jumlah penduduk. Pengalihfungsian lahan yang terjadi saat ini tentunya akan mempengaruhi kapasitas infiltrasi dan limpasan permukaan sehingga berpengaruh signifikan terhadap debit aliran puncak DAS Beringin Harisuseno et al., 2014. Sebagai suatu ekosistem tentunnya terdapat berbagai macam aktivitas di dalam DAS. Adapaun aktivitas dalam DAS dapat menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem DAS seperti tata guna lahan dibagian hulu akan memberikan dampak pada bagian hilir DAS yang berupa peningkatan debit air dan sedimentasi pada bagian hilir Utami et al., 2017. Berdasarkan pengamatan pada citra Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 10 satelit resolusi tinggi yang bersumber dari Google Earth selama 10 tahun terakhir yaitu pada tahun 2009-2019 telah terjadi perubahan penggunaan lahan yang cukup signifikan berupa peningkatan lahan terbangun, terutama pada daerah hulu dan tengah DAS Beringin. Perubahan penggunaan lahan mengakibatkan air hujan yang jatuh dalam suatu sistem DAS tidak dapat terinfiltrasi dengan baik. Dalam daur siklus hidrologi infiltrasi merupakan salah satu proses yang penting karena akan menentukan jumlah air yang masuk ke dalam tanah. Rendahnya tingkat infiltarsi ini akan mengakibatkan debit aliran permukaan meningkat sehingga berpotensi untuk terjadinya banjir Asdak dalam Fauzi et al., 2018, Arsyad dalam Soplanit dan Silahooy 2012. Adanya bencana banjir ini dapat mengindikasikan bahwa telah terjadi kerusakan dan ketidakseimbangan tata air dalam suatu sistem DAS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pola dan laju perubahan penggunaan lahan DAS Beringin periode tahun 2009 – 2019 serta menghitung jumlah debit puncak aliran permukaan yang menjadi input dari sungai DAS Beringin. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah bahwa informasi mengenai pola dan laju perubahan penggunaan lahan serta debit puncak aliran permukaan di DAS Beringin dapat digunakan untuk kegiatan monitoring dan konservasi DAS guna mencegah kerusakan lingkungan yang semakin parah di masa akan datang. METODE Penelitian ini dilakukan pada 8 titik lokasi di DAS Beringin, Kota Semarang, Jawa Tengah yang mana pada DAS tersebut terjadi alih fungsi lahan yang cukup signifikan dan seringnya kejadian banjir. Pengambilan titik sampel penelitian didasarkan pada jenis tanah dan penggunaan lahan. Metode penelitian ini dengan mengukur laju infiltrasi secara langsung di lapangan menggunakan alat double ring infiltrometer untuk mengetahui koefisien aliran pada setiap perbedaan jenis tanah dan penutup lahan. Perhitungan laju infiltrasi menggunakan persamaan Horton, menurut Horton kapasitas infiltrasi akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya waktu sampai mendekati nilai konstan Ardiansyah et al., 2019. F=Fc+Fo-Fce-kt Dimana F = laju infiltrasi cm/jam Fo = laju infiltrasi awal cm/jam Fc = laju infiltrasi konstan cm/jam E = bilangan dasar logaritma Naperian k = konstanta geofisik Integrasi teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis digunakan untuk identifikasi dan memetakan pola perubahaan penutup lahan. Debit puncak aliran dihitung melalui persamaan rasional dengan asumsi intensitas hujan antara tahun 2009 dan tahun 2019 adalah sama. Data curah hujan yang kami gunakan adalah data curah hujan bulanan tertinggi pada tahun 2009 di Kota Semarang, yaitu bulan februari dan bersumber dari Badan Pusat Statistik. Berikut adalah rummusnya Q = 0,278 CIA Dimana Q = debit puncak limpasan permukaaan m3/det C = koefisien aliran permukaan I = intensitas hujan mm/jam A = luas daerah pengaliran km2 Dalam rumus Q diatas, terdapat intensitas hujan. Untuk mengetahui intensitas hujan dapat menggunakan rumus I = Intensitas hujan mm/jam CH = Curah Hujan Tc = Waktu terkonsentrasi Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 11 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Tabel 1. Alat dan Bahan Double Ring Infiltrometer Citra Satelit Resolusi Tinggi Google Earth Tahun Peta Jenis Tanah DAS Beringin Peta Penggunaan Lahan hasil Digitasi Instrumen Pengukuran laju infiltrasi Software ArcGis Ms. Excel Gambar 1. Pengukuran laju infiltrasi di lapangan menggunakan alat Double Ring Infiltrometer Untuk koefisien aliran C, kami menggunakan ketetapan menurut Haryono 1999 dan Kironoto 2003. Tabel 2. Koefisien Limpasan C Pusat bisnis dan perbelanjaan Perumahan kepadatan sedang – tinggi Sumber Haryono 1999 Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 12 Tabel 3. Koefisien Aliran C Tanah terbuka/tanpa tanaman Rumput bede tahun pertama Rumput bede tahun kedua Kopi dengan penutup tanah buruk Hutan alam serasah banyak Hutan produksi tebang habis Sebak belukar/padang rumput Kacang tanah + gude tanaman polongan Kacang tanah + kacang tunggak Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ha Padi + mulsa jerami 4 ton/ha Kacang tanah + mulsa jagung 4 ton/ha Kacang tanah + mulsa kacang tunggak Kacang tanah + mulsa jerami 2 ton/ha Pola tanam tumpang gilir + mulsa jerami Pola tanam berurutan + mulsa sisa tanaman Alang – alang murni subur Sumber Kironoto 2003 Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Penggunaan Lahan DAS Beringin Tabel 4. Luas perubahan penggunaan lahan Perubahan penggunaan lahan di DAS Beringin tampak pada tabel 4. diketahui bahwa pada tahun 2009 luas penggunaan lahan didominasi oleh kebun campuran yaitu sebesar 47,95 % atau seluas 13,27 km2 dari total luas wilayah penelitian. Kemudian pada tahun 2019 luas penggunaan lahan kebun campuran mengalami penurunan sebesar 7,61% sehingga luasannya menjadi 40,34 % atau seluas 11,15 km2. Sedangkan pada tahun 2019 luas penggunaan lahan didominasi oleh lahan terbangun yaitu sebesar 41,51 % atau seluas 11,47 km2 dan mengalami peningkatan luasan dari tahun 2009. Dalam kurun waktu selama 10 tahun perubahan lahan yang paling signifikan dan berjalan dengan cepat adalah peningkatan lahan terbangun akibat perkembangan kompleks perindustrian dan pembangunan kawasan perumahan elit BSB Bukit Semarang Baru. Penurunan penggunaan lahan tegalan mengalami penurunan dari tahun 2009 yang semula 17,24 % menjadi 14,05% pada tahun 2019. Sedangkan pada semak belukar terjadi penurunan dari 1,49 % pada tahun 2009 menjadi 0,19 % pada tahun 2019. Pada lahan sawah terjadi penurunan dari semula 10,50 % menjadi 3,91 % selama rentang waktu 10 tahun. Gambar 2. Luas Penggunaan Lahan DAS Beringin Tahun 2009 Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 14 Gambar 3. Luas Penggunaan Lahan DAS Beringin Tahun 2019 Laju Infiltrasi pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan Berdasarkan Jenis Tanah di DAS Beringin tahun 2019 Tabel 5. Laju infiltrasi di DAS Beringin Tahun 2019 Kompleks Grumusol Kelabu dan Litosol Mediteran Merah Tua dan Regosol Berdasarkan pada tabel 5. yang merupakan hasil data pengukuran laju infiltrasi di DAS Beringin dapat diketahui bahwa pada lahan terbangun memiliki laju infiltrasi yang dinyatakan dengan 0, hal ini dengan mempertimbangkan bahwa penggunaan lahan terbangun di lokasi penelitian didominasi oleh kawasan perumahan elit yang padat dan bangunan pabrik industri. Sedangkan penggunaan lahan selain lahan terbangun memiliki laju infiltrasi sedang hingga cepat. Hal ini disebabkan karena pada penggunaan lahan tersebut masih terdapat perakaran tumbuhan yang merupakan salah satu faktor untuk mempercepat laju infiltrasi, terutama pada penggunaan lahan kebun campuran yang tumbuhannya bersifat heterogen. Pada penggunaan lahan tegalan dan kebun campuran dengan jenis tanah mediteran merah tua dan regosol memiliki laju infiltrasi masing-masing cepat dan sangat cepat. Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 15 Debit Puncak Aliran Permukaan DAS Beringin Tabel 6. Debit Puncak Aliran Permukaan Q per penggunaan lahan di DAS Beringin tahun 2009 Intensitas Curah Hujan I Luas Penggunaan Lahan Km² Debit Puncak Aliran Permukaan Kompleks Grumusol Kelabu dan Litosol Mediteran Merah Tua dan Regosol Menurut hasil perhitungan debit puncak aliran Q pada tabel 6. diketahui bahwa jenis penggunaan lahan yang menimbulkan debit puncak aliran permukaan tertinggi adalah lahan terbangun dan yang terendah adalah sawah dengan intensitas hujan sebesar 77,6 mm/jam. Koefisien aliran menggunakan ketetapan menurut Haryono 1999 dan Kironoto 2003. Perhitungan debit puncak aliran permukaan di DAS Beringin ini menggunakan pendekatan penggunaan lahan dengan tetap memperhatikan jenis tanah yang ada. Debit puncak aliran permukaan tertinggi berada pada jenis penggunaan lahan terbangun, hal ini disebabkan oleh rendahnya kawasan resapan air pada area tersebut. Kemudian disusul oleh jenis penggunaan lahan tegalan, kebun campuran. Sedangkan debit puncak aliran permukaan pada jenis penggunaan lahan sawah dan semak – semak relatif tidak terlalu tinggi karena kemampuan tanah dalam meresapkan air masih tergolong tinggi dan dibantu oleh akar akar tumbuhan di dalam tanah. Tabel 7. Debit Puncak Aliran Permukaan Q per penggunaan lahan di DAS Beringin tahun 2019 Kompleks Grumusol Kelabu dan Litosol Mediteran Merah Tua dan Regosol Menurut hasil perhitungan debit puncak aliran Q permukaan pada tabel 7. diketahui bahwa penggunaan lahan yang menimbulkan debit puncak aliran permukaan tertinggi adalah lahan terbangun dan yang terendah adalah sawah dengan intensitas hujan 77,6 mm/jam atau sama dengan intensitas hujan pada tahun 2009 karena diasumsikan bahwa dengan intensitas hujan yang sama dengan tahun 2009, maka akan dapat diketahui perubahan debit puncak aliran permukaannya. Koefisien aliran menggunakan ketetapan oleh Haryono 1999 dan Kironoto 2003. Penggunaan lahan dengan debit puncak aliran permukaan tertinggi pada masing – masing jenis tanah adalah lahan terbangun. Berdasarkan pada tabel 4. luas lahan terbangun merupakan yang terluas daripada penggunaan lahan lainnya ditambah dengan semakin berkurangnya lahan untuk resapan air sehingga potensi naiknya debit puncak aliran permukaan sangat besar jika intensitas curah hujan sangat tinggi. KESIMPULAN Berdasarkan perhitungan debit puncak dengan metode rasional diketahui bahwa penggunaan lahan pada lahan terbangun memiliki debit puncak aliran paling tinggi pada thn 2009 dan semakin meningkat pada thn 2019, sedangkan pada penggunaan lahan sawah memiliki debit puncak aliran Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 16 terendah baik pd thn 2009 maupun thn 2019. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di DAS Beringin pada kurun waktu 2009 – 2019 mengalami peningkatan pada lahan terbangun sangat pesat yaitu sebesar 18,69 %. Atau seluas 5,15 km² Sedangkan pada penggunaan lahan kebun campuran, tegalan, sawah, dan semak belukar mengalami penurunan luasan selama 10 tahun terakhir masing – masing sebesar 7,61% 2,12 km², 3,19% 0,89 km², 6,59% 1,83 km², dan 1,3% 0,36 km². Dampak yang ditimbulkan adalah meningkatnya debit puncak aliran permukaan dari tahun 2009 sampai tahun 2019 sehingga sangat memungkinkan untuk terjadi banjir pada periode berikutnya jika penggunaan lahan untuk lahan terbangun semakin meluas setiap tahunnya. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih diucapkan kepada Kepala Laboratorium Geografi Bapak Dr. Juhadi, yang telah memberikan fasilitas kepada kami untuk menyelesaikan penelitian ini. DAFTAR REFERENSI Ardiansyah, E. Y., Tibri, T., Lismawaty, L., Fitrah, A., Azan, S., & Sembiring, J. A. 2019. Analisa Pengaruh Sifat Fisik Tanah terhadap Laju Infiltrasi Air. In Seminar Nasional Teknik SEMNASTEK UISU Vol. 2, No. 1, pp. 86-90. Fauzi, R. G. N., Utomo, D. H., & Taryana, D. 2018. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Debit Puncak di sub DAS Penggung Kabupaten Jember. Jurnal Pendidikan Geografi Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi, 231, 50-61. Harisuseno, D., Bisri, M., Yudono, A., & Purnamasari, F. D. 2014. Analisa Spasial Limpasan Permukaan Menggunakan Model Hidrologi di Wilayah Perkotaan. Journal of Environmental Engineering and Sustainable Technology, 11, 51-57. Indrayati, A., & Aji, A. 2018. 3D Model and morphometry of the Beringin watershed as an Effort for Flash Flood Disaster Risk Reduction in Semarang. In MATEC Web of Conferences Vol. 229, p. 04010. EDP Sciences. Setyowati, D. L. 2008. Antisipasi Penduduk dalam Menghadapi Banjir Kali Garang Kota Semarang. In Forum Ilmu Sosial Vol. 35, No. 2. Setyowati, D. L., Sriyanto, dan Kurniawan P. A. 2015. Media CD Pendidikan Kebencanaan untuk Masyarakat dalam Menghadapi Banjir Kali Beringin Semarang. Edu Geography, 35. Sriartha, I Putu. 2015. Penggunaan Citra Landsat 8 dan Sistem Informasi Geografis untuk Estimasi Debit Puncak di Daerah Aliran Sungai Unda Provinsi Bali. JST Jurnal Sains dan Teknologi, 42. Soplanit, R., & Silahooy, C. 2018. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Aliran Permukaan, Aliran Bawah Permukaan dan Aliran Dasar di Das Batugajah Kota Ambon. Agrologia, 12. Utami, P., Aji, A., & Juhadi, J. 2017. Analisis Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dengan Daya Dukung Tata Air Daerah Aliran Sungai Das Kreo di Kota Semarang. Geo-Image, 62, 13 Werokila, Dian. 2015. Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Banjir Rencana di DAS Bangga Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 17 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Peristiwa masuknya air hujan ke dalam tanah disebut infiltrasi. Banyak hal yang mempengaruhi infiltrasi beberapa diantaranya adalah tekstur, kadar air dan porositas tanah. Tujuan studi adalah membahas seberapa besar pengaruh karakteristik fisik tanah terhadap laju infiltrasi. Studi dilaksanakan pada 15 titik lokasi di Desa Simpang Selayang Kecamatan Medan merupakan pengamatan langsung dari lapangan dengan menggunakan alat Double Ring Infiltrometer untuk pendugaan laju infiltrasinya. Terdapat dua klasifikasi laju infiltrasi pada daerah penelitian, yaitu klasifikasi lambat 1-5 mm/jam terdapat pada lokasi 1, lokasi 5, lokasi 7, lokasi 11, lokasi 12, lokasi 13, lokasi 14, lokasi 15 dan klasifikasi sedang-lambat 5-20 mm/jam terdapat pada lokasi lokasi 2, lokasi 3, lokasi 4, lokasi 6, lokasi 8, lokasi 9, lokasi 10. Dilakukan pengujian pada sampel tanah dari lokasi penelitian di laboratorium untuk mengetahui kadar air, porositas dan tekstur tanah. Hasil perbandingan hubungan karakteristik fisik tanah dengan laju infiltrasi yaitu komposisi pasir 52,1 %, porositas 72,1 % dan kadar air 53,4 % memiliki pengaruh signifikan terhadap laju infiltrasi. Kemudian dengan analisis yang lebih jauh lagi yaitu regresi linier berganda menunjukkan bahwa komposisi pasir, porositas dan kadar air secara simultan mempengaruhi laju infiltrasi sebesar 78,1 %. Kata-Kata Kunci Laju Infiltrasi, Sifat Fisik Tanah, Model Horton I. PENDAHULUAN Proses infiltrasi merupakan salah satu proses penting dalam siklus hidrologi karena infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang meresap/masuk ke dalam tanah secara langsung. Infiltrasi adalah suatu proses masuknya air kedalam tanah secara vertikal melalui permukaan tanah, kondisi ini sangat dipengaruhi oleh porositas tanah, tekstur tanah, dan kadar air tanah Arsyad, 1989. Laju infiltrasi pada tanah berbeda-beda disebabkan oleh adanya perbedaan sifat fisik tanah tersebut. Pemahaman mengenai infiltrasi dan data laju infiltrasi sangat berguna sebagai acuan perhitungan air limpasan untuk perencanaan dan rancangan sistem penirisan tambang, baik dalam pembuatan paritan atau pun dalam penanggulangan erosi pada kegiatan reklamasi. Peralihan fungsi suatu kawasan menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah dalam meresap air hujan, dikarenakan pengalihan lahan, penggunaaan lahan yang salah dan pemadatan tanah oleh alat-alat berat yang mengakibatkan terganggunya laju infiltrasi pada tanah. Tanah yang mempunyai laju infiltrasi yang buruk akan menimbulkan limpasan permukaan meski dengan curah hujan yang cukup rendah Utomo, 1989. Air hujan yang jatuh sebagian besar langsung menjadi air limpasan yang dapat mengakibatkan banjir dan erosi yang diaktifkan oleh run off Hakim, 1986. Desa Simpang Selayang merupakan daerah aliran sungai bagian tengah Middle land atau daerah peralihan antara bagian hulu dengan bagian hilir di kota Medan. Dimana air limpasan yang berasal dari hulu mengalir melewati daerah peralihan sebelum sampai ke hilir. Pentingnya peran daerah peralihan dalam menyerap air limpasan yang berasal dari hulu, agar tidak terjadi banjir di daerah hilir. Maka dari itu perlu diketahui kondisi laju infiltrasi tanah pada daerah tersebut, hingga di dapatkan data yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam perencanaan ataupun penanganan air agar tidak terjadi banjir di masa sekarang ataupun yang akan SoplanitCharles SilahooyThe study was conducted to quantify the land use changes that have occurred in the watershed Batugajah and evaluate the impact of changes in land use to changes in surface flow, inter flow and base flow. The results showed that the change in land use in the watershed Batugajah of the year 1998-2010 as follows The decline occurred from ha forest area to forest area ha or decrease, increasing the wide use of residential land of 25 ha to ha, an increase of vast improvement hamlet of 155, 65 ha to ha, an increase of The impact of land use changes as follows Runoff increased from mm to mm; annual runoff increased from mm to mm; interflo increased from mm to mm; Water yield increased from mm to mm and the base flow dropped mm to genangan akibat hujan dengan intensitas tinggi menjadi masalah utama khususnya di kawasan perkotaan dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Terjadinya alih fungsi lahan dari kawasan resapan menjadi kawasan kedap air menjadi penyebab utama meningkatnya limpasan permukaan yang mendorong terjadinya banjir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sebaran limpasan permukaan secara spasial dengan variasi tahun penggunaan lahan dan menganalisa fungsionalitas jaringan drainase dalam mengurangi genangan yang terjadi. Penelitian ini mengambil lokasi di Sub DAS Brantas, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Analisa sebaran limpasan permukaan dilakukan dengan menggunakan model KINEROS yang diintegrasikan dengan perangkat lunak ArcView GIS Masukan dari model KINEROS adalah peta tata guna lahan, peta jenis tanah, peta topografi, dan data hujan. Nilai debit limpasan permukaan yang dihasilkan model KINEROS Qh selanjutnya ditambahkan debit air buangan Qk untuk mendapatkan debit rencana Qr . Berikutnya dilakukan analisa fungsionalitas jaringan drainase di lokasi penelitian dalam mengurangi limpasan. Hasil studi menunjukkan limpasan yang terjadi meningkat seiring dengan semakin meningkatnya luasan kawasan kedap air. Tinggi limpasan permukaan tertinggi dihasilkan tahun 2010 setinggi 142,76mm yang terjadi di Kelurahan Penanggungan. Besar limpasan yang tereduksi oleh saluran drainase yaitu sebesar 51,637 m 3 /dtk. Hasil evaluasi kemampuan saluran drainase menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa saluran yang tidak mampu menampung debit limpasan permukaan sehingga menimbulkan Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Debit Puncak di sub DAS Penggung Kabupaten Jember. Jurnal Pendidikan Geografi Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu GeografiR G N FauziD H UtomoD TaryanaFauzi, R. G. N., Utomo, D. H., & Taryana, D. 2018. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Debit Puncak di sub DAS Penggung Kabupaten Jember. Jurnal Pendidikan Geografi Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi, 231, Model and morphometry of the Beringin watershed as an Effort for Flash Flood Disaster Risk Reduction in SemarangA IndrayatiA AjiIndrayati, A., & Aji, A. 2018. 3D Model and morphometry of the Beringin watershed as an Effort for Flash Flood Disaster Risk Reduction in Semarang. In MATEC Web of Conferences Vol. 229, p. 04010. EDP Penduduk dalam Menghadapi Banjir Kali Garang Kota SemarangD L SetyowatiSetyowati, D. L. 2008. Antisipasi Penduduk dalam Menghadapi Banjir Kali Garang Kota Semarang. In Forum Ilmu Sosial Vol. 35, No. 2.Media CD Pendidikan Kebencanaan untuk Masyarakat dalam Menghadapi Banjir Kali Beringin SemarangD L SetyowatiDan SriyantoP A KurniawanSetyowati, D. L., Sriyanto, dan Kurniawan P. A. 2015. Media CD Pendidikan Kebencanaan untuk Masyarakat dalam Menghadapi Banjir Kali Beringin Semarang. Edu Geography, 35.Penggunaan Citra Landsat 8 dan Sistem Informasi Geografis untukI SriarthaPutuSriartha, I Putu. 2015. Penggunaan Citra Landsat 8 dan Sistem Informasi Geografis untuk Estimasi Debit Puncak di Daerah Aliran Sungai Unda Provinsi Bali. JST Jurnal Sains dan Teknologi, 42.Analisis Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dengan Daya Dukung Tata Air Daerah Aliran Sungai Das Kreo di Kota SemarangP UtamiA AjiJ JuhadiUtami, P., Aji, A., & Juhadi, J. 2017. Analisis Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dengan Daya Dukung Tata Air Daerah Aliran Sungai Das Kreo di Kota Semarang. Geo-Image, 62, 13Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Banjir Rencana di DAS BanggaDian WerokilaWerokila, Dian. 2015. Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Banjir Rencana di DAS Bangga
Luas tanah pertanian semakin berkurang ,banyak petani yang pengangguran , dan lahan pertsnian dijadikan pemukiman good luck, 1 Luas lahan pertanian semakin berkurang sehingga produktivitas pangan semakin Petani dan buruh tani kehilangan mata Hilangnya lahan ruang terbuka hijau RTH4. Berkurangnya lahan resapan air. dpak positifnya kebutuhan manusia menjadi terpenuhi karena manusia butuh tempat tinggal kalo pemukiman nggak ada manusia mau tinggal dimana? dampak positi atau negatif kak
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Permasalahan mengenai permukiman di kota besar merupakan salah satu masalah yang terbilang cukup serius dan perlu mendapatkan perhatian lebih. Hal itu disebabkan karena semakin bertambahnya waktu, maka jumlah penduduk akan semakin meningkat karena adanya urbanisasi atau pun karena faktor lain. Kawasan perkotaan yang memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang terbilang pesat menyebabkan kebutuhan akan sarana dan prasarana makin bertambah. Seperti contohnya kebutuhan masyarakat tentang perumahan sebagai tempat tinggal. Perumahan hadir menjadi solusi mengenai masalah permukiman yang kian hari makin mengalami penyempitan. Perumahan dipilih oleh sebagian masyarakat untuk dijadikan tempat tinggal karena dinilai memiliki desain yang unik dan minimalis serta kemudahan dalam hal proses pembangunan perumahan memunculkan beberapa dampak yang tidak hanya dampak positif saja namun dampak negatif pula. Ada pihak yang diuntungkan karena pembangunan tersebut, namun ada pula pihak yang merasa dirugikan karena pembangunan dapat dikatakan bahwa masyarakat mendapat penghasilan dari adanya penjualan lahan tersebut, pembangunan yang dilaksanakan juga dapat merugikan masyarakat. Kerugian yang dialami masyarakat tidak hanya disebabkan oleh adanya pembebasan lahan dan penurunan pendapatan. Kerugian juga dapat timbul akibat pembangunan perumahan yang tidak sesuai dengan penataan suatu wilayah serta adanya kelonggaran penegakan hukum. Pihak pengembang sendiri cenderung lebih melakukan analisis mengenai masalah yang menjadi dampak terhadap lingkungan, namun masih kurang menganalisis dalam hal dampak sosial yang mencakup ekonomi, sosial, dan budaya. Dampak tersebut akan nampak seiring berjalannya waktu bagaimana kondisi yang ditimbulkan sebelum dan setelah adanya pembangunan perumahan. Perubahan dalam bidang sosial ekonomi tampaknya juga perlu dijadikan perhatian karena berhubungan dengan hubungan suatu individu dengan individu lain atau pun sebuah kelompok dengan kelompok lainnya. Pembangunan perumahan dinilai menjadi salah satu kegiatan yang berdampak besar mengenai perubahan suatu daerah tertentu. Apalagi jika lahan yang digunakan untuk membangun perumahan berasal dari alih lahan yang awalnya kosong dan menjadi daerah resapan air. Sehingga ketika dibangun perumahan akan memunculkan sebuah permasalahan. Permasalahan yang dimaksud disini adalah mengenai pembangunan perumahan yang menyebabkan banjir. Sebagai mahluk yang diberi kelebihan berupa akal, semestinya manusia dapat berpikir bagaimana tindakan yang tepat dalam memanfaatkan sumber daya air yang ada sehingga pemanfaatan air yang tersedia dapat bekerja secara maksimal. Selain berfungsi sebagai penunjang kehidupan, penataan lingkungan yang tidak tepat juga dapat menimbulkan hilangnya fungsi air dan akan mendatangkan bencana. Permasalahan air yang kerap kali terjadi akibat penataan lingkungan yang salah adalah kerap kali melanda daerah yang tidak memiliki daerah resapan air yang bagus, sehingga ketika hujan turun air tersebut tidak meresap kedalam tanah melainkan menjadi genangan dan mengalir di permukaan. Alih fungsi lahan merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir. Lahan yang semula ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman seperti rerumputan maupun pepohonan kini malah menjadi lahan permukiman. Padahal berbagai jenis tanaman tadi berguna untuk mempermudah air hujan untuk meresap kedalam tanah sehingga tidak sampai terjadi genangan di permukaan. Perubahan permukaan tanah yang semula hanya lahan kosong lalu berubah menjadi permukiman akan menyulitkan air hujan yang turun untuk meresap. Tak hanya diubah menjadi perumahan, namun lahan kosong juga dimanfaatkan sebagai kawasan lain seperti tempat dibangunnya tempat usaha atau pun fasilitas lainnya yang tentunya mengubah fungsi lahan yang mengubah lahan menjadi sebuah permukiman, namun juga diubah menjadi bentuk sarana prasarana sebagai konsumsi publik atau bentuk lainnya. Dari sinilah muncul dampak positif dan dampak negatif dari pembangunan tersebut. Dampak positif dapat berupa bertambahnya lapangan pekerjaan serta menambah fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sedangkan dampak negatif nya sendiri yaitu hilangnya sebagian harga tetap milik masyarakat berupa tanah atau lahan yang diakibatkan oleh kegiatan jual beli lahan yang dilakukan antara developer dan masyarakat. Dan tentunya akan menyebabkan kerusakan lingkungan jika pembangunan tersebut tidak dikelola dengan tepat dan kabupaten Jember sendiri, sudah mulai bermunculan pembangunan perumahan yang mengubah fungsi tanah, biasanya lahan yang awalnya berfungsi sebagai lahan pertanian atau perkebunan itulah yang akan diubah menjadi lahan perumahan. Hal itu disebabkan oleh tingginya kebutuhan tempat tinggal, maka mau tidak mau lahan tersebut diubah menjadi lahan perumahan yang secara langsung akan merubah kondisi bentuk tanah. Perubahan yang terjadi diatas akan memunculkan suatu permasalahan bagi lingkungan, khususnya permasalahan dibidang air. Perubahan kondisi pada tanah yang semula hanya lahan kosong namun sekarang berubah fungsi menjadi perumahan akan menyebabkan air hujan yang turun akan sulit menyerap kedalam tanah dan menimbulkan aliran di permukaan tanah. Aliran pada permukaan tanah jika memiliki volume yang tinggi maka akan menyebabkan suatu permasalahan yang biasa kita sebut dengan banjir. Serta pengembangan perumahan yang tidak disesuaikan dengan kondisi fisik wilayah tersebut masih banyak terjadi. Kondisi fisik yang dimaksud adalah kondisi topografi, tanah, dan hidrologi suatu wilayah. Seiring berjalannya pembangunan permukiman perumahan, daya serap tanah akan berpengaruh pada bagaimana kondisi ketika hujan turun. Apakah air hujan akan menjadi aliran di permukaan yang kemudian masuk ke saluran saluran. Jika air hujan memiliki volume yang terlalu tinggi maka saluran yang disediakan tidak dapat menampung dan terjadilah banjir. Sebenarnya kondisi ini tidak akan terjadi jika saluran drainase pada perumahan memadai sehingga air yang tidak dapat meresap kedalam tanah akan mengalir lewat menyusun pembuatan drainase tentunya diperlukan beberapa data data. Seperti data hidrologi yang digunakan untuk melihat data curah hujan dari tahun ke tahun. Sehingga dapat memperkirakan debit banjir yang akan timbul ketika musim hujan untuk menentukan dimensi saluran. Kita juga memerlukan data topografi yang berupa peta yang menunjukkan hasil pengukuran langsung dari lapangan atau pun berasal dari sumber lain. Informasi yang dapat kita peroleh dari data topografi ini sendiri adalah keadaan fisik baik yang secara alami atau pun berasal dari buatan manusia serta bagaimana suatu kontur permukaan lahan. Serta dibutuhkan beberapa penunjang berupa sistem jaringan yang ada, seperti kebutuhan irigasi, air minum, listrik yang dibutuhkan masyarakat, dan lain dilihat dari berbagai permasalahan yang muncul diatas, maka perlu adanya pembahasan lebih lanjut mengenai pembangunan perumahan dan bagaimana solusi yang akan diambil untuk mengatasi permasalahan banjir yang kerap kali terjadi di perumahan. Karena sangat disayangkan sekali jika perumahan yang berfungsi sebagai tempat tinggal masyarakat malah menimbulkan permasalahan yang berdampak pada masyarakat itu sendiri. Entah bagaimana tindakan yang dapat dilakukan oleh masyarakat selaku penghuni Kawasan itu sendiri, atau pun dari pihak pengembang sendiri mungkin dapat membenahi dari segi pembangunan jika akan dilakukan pengembangan di masa yang akan datang. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Limpahan air hujan yang tidak terkendali membuat masalah banjir. Usaha dalam menerapkan teknik drainase menjadi pilihan dalam rangka menghadapi global warming yaitu sistem drainase air hujan berwawasan lingkungan. Sistem ini menurut [Sunjoto, 2007] terdiri dari tiga kelompok yaitu Sumur Peresapan Air Hujan Recharge Well, Parit Resapan Air Hujan Recharge Trench dan Taman Resapan Air Recharge Yard dan yang terakhir ini juga disebut Taman Bertanggul [Sujono, 2005].Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan metode yaitu metode purposive sampling untuk pengukuran permeabilitas yang mempertimbangkan pengambilan sampel pada lahan yang belum diberi perkerasan seperti lahan kosong maupun pekarangan rumah sedangkan untuk pengukuran kedalaman muka air tanah dengan mengukur kedalaman permukaan air sumur eksisting dan dengan cara menggali rencana sumur resapan yang akan dipakai dalam komplek perumahan. Berdasarkan pendekatan perhitungan metode SNI 03-2453-2002 kebutuhan sumur resapan untuk menampung limpasan air hujan akibat dari tertutupnya lahan terbuka oleh rumah dan carport sebanyak 20 unit. Sedangkan sebagai pengganti lahan yang tertutup oleh paving block, dibuat 8 unit. Dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m, kedalaman 1,5 m atau 3 buah buis beton untuk setiap sumur resapan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free i LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN AIR HUJAN DALAM PERUMAHAN SEBAGAI UPAYA KONSERVASI AIR TANAH Upaya Mempertahankan Air Tanah Akibat Dampak Pembangunan Perumahan Puri Klaseman Klaten Oleh Ir. Darupratomo, NIDN 0525126701 Muchammad Suranto, NIDN 0627116601 Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun Dibiayai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti sesuai dengan Kontrak Penelitian tahun anggran 2018 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN Desember 2018 Kode/Nama Rumpun Ilmu 421 Teknik Sipil Bidang Fokus Bidang IX, Teknologi Manajemen Penanggulangan Kebencanaan ii HALAMAN PENGESAHAN Judul Pengelolaan Dan Pengendalian Air Hujan Dalam Perumahan Sebagai Upaya Konservasi Air Tanah Upaya Mempertahankan Air Tanah Akibat Dampak Pembangunan Perumahan Puri Klaseman Klaten Peneliti/Pelaksana Nama Lengkap Ir. DARUPRATOMO, NIDN 0525126701 Jabatan Fungsional Asisten Ahli Program Studi Teknik Sipil Nomor HP 0815 6880 720 Alamat surel email daru_pratomo daru Anggota 1 Nama Lengkap MOCH. SURANTO, NIDN 0627116601 Perguruan inggi Universitas Widya Dharma Institusi Mitra jika ada Nama Institusi Mitra tidak ada Alamat tidak ada Penanggung Jawab tidak ada Tahun Pelaksanaan Tahunke 1 satu dari rencana 1 satu tahun Biaya Tahun Berjalan Biaya Keseluruhan Klaten, 03 Desember 2018 Mengetahui, Ketua LPPM Arief Julianto Sri N., NIP/NIK. 690 301 250 Ketua, Ir. Darupratomo, NIP/NIK. 690 304 279 iii RINGKASAN Pemakaian air tanah harus mempertimbangkan faktor kelestarian air tanah, yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas air. Salah satu cara mempertahankan kuantitas air tanah adalah dengan menerapkan sumur air hujan yang begitu banyak dantidak terkendali membuat masalah banjir. Air hujan yang berlebih apabila dikelola dengan baik dengan cara ditampung, diolah, dan dimanfaatkan kembali atau disimpan sebagai air cadangan sehingga ketika musim kemarau datang bisa dimanfaatkan sebagai sumber air hujan yang dulu dengan mudah meresap kedalam tanah pada saat hujan saat ini sebagian lahan telah tertutup bangunan hingga terjadi limpasan permukaan surface runoff meningkat. Usaha maksimal dalam menerapkan teknik drainase yang saat ini sedang menjadi pilihan dalam rangka menghadapi global warming yaitu sistem drainase air hujan berwawasan lingkungan. Sistem ini menurut [Sunjoto, 2007] terdiri dari tiga kelompok yaitu Sumur Peresapan Air Hujan Recharge Well, Parit Resapan Air Hujan Recharge Trench dan Taman Resapan Air Recharge Yard dan yang terakhir ini juga disebut Taman Bertanggul [Sujono, 2005]. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan metode yaitu metode purposive sampling untuk pengukuran permeabilitas yang mempertimbangkan pengambilan sampel pada lahan yang belum diberi perkerasan seperti lahan kosong maupun pekarangan rumah sedangkan untuk pengukuran kedalaman muka air tanah dengan mengukur kedalaman permukaan air sumur eksisting dan dengan cara menggalai rencana sumur resapan yang akan dipakai dalam komplek perumahan. Langkahlangkah pererncanaan sumur resapan mengikuti ketentuan dari SNI 0324532002 Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan. Berdasarkan pendekatan perhitungan metode SNI 0324532002 Tata caraperencanaansumurresapan air hujanuntuklahanpekaranganrumus menghitung volume air limpasan permukaan pada bidang rumah dan carport, koefisien limpasan permukaan runoff coefficient dengan C= tinggi curah hujan untuk wilayah Jawa dengan R=50 mm/hari. Volume yang bisa ditampung oleh sumur resapan Vab=23,62 m3. Volume air hujan yang meresap ke dalam tanah Vrsp=0,34 m3. Volume penampung storasi air hujan Vstorasi=23,27 m3. Dengan demikian kebutuhan sumur resapan untuk menampung limpasan air hujan akibat dari tertutupnya lahan terbuka oleh rumah dan carport sebanyak 19,77 buah sumur resapan, dalam praktek dibuat 20 unitSedangkan sebagai pengganti lahan yang tertutup oleh paving block, volume yang bisa ditampung oleh sumur resapan Vab=9,27 m3. Volume air hujan yang meresap ke dalam tanah Vrsp=0,34 m3. Volume penampung storasi air hujan Vstorasi=8,92 m3. Dengan demikian kebutuhan sumur resapan untuk menampung limpasan air hujan akibat dari tertutupnya lahan terbuka oleh paving block sebanyak 7,58 buah sumur resapan, dalam praktek dibuat 8 unit. Dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m, kedalaman 1,5 m atau 3 buah buis beton untuk setiap sumur resapan. Kata kunci limpasan permukaan, resapan air, tampungan air iv PRAKATA Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga Laporan Kemajuan Penelitian Dosen Pemula hibah Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Ditjen Dikti Kementrian Ristek Dikti dengan judul PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN AIR HUJAN DALAM PERUMAHAN SEBAGAI UPAYA KONSERVASI AIR TANAH Upaya Mempertahankan Air Tanah Akibat Dampak Pembangunan Perumahan Puri Klaseman Klaten telah mengalami kemajuan. Dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian ini, peneliti mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu diucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada 1. Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas kesediaannya untuk membiayai penelitian ini. 2. Prof. Dr. Triyono, selaku Rektor Universitas Widya Dharma Klaten. 3. Bapak Arif Julianto Sri Nugroho, selaku Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Widya Dharma Klaten. 4. Bapak Harri Purnomo, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Widya Dharma Klaten. 5. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penelitian dan penyusunan laporan kemajuan penelitian ini. Penelitian ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, atas kritik membangun demi tercapainya kesempurnaan isi, peneliti harapkan masukannya dan diucapkan terima kasih. Akhir kata peneliti berharap semoga laporan kemajuan penilitian ini dapat memberikan tambahan cakrawala ilmu yang bermanfaat bagi pembaca dan peniliti sendiri serta sebagai dharma bakti kepada Universitas Widya Dharma Klaten. Klaten, Desember 2018 Ketua Peneliti v DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii RINGKASAN................................................................................................... iii PRAKATA........................................................................................................ iv DAFTAR ISI .................................................................................................... v DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 2 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ...................................... 9 BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 10 BAB V HASIL YANG DICAPAI................................................................... 13 BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ......................................... 21 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 21 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 23 LAMPIRAN ..................................................................................................... viii vi DAFTAR TABEL Tabel 1. Jarak minimum sumur resapan air hujan terhadap bangunan vii DAFTAR GAMBAR Gambar Denah Site Plan Klaster Puri Klaseman Klaten Gambar Kondisi Eksisting Lahan Puri Klaeman Klaten Gambar Pembuatan Sumur Resapan Klaster Puri Klaseman Klaten Gambar Pembangunan Perumahan Klaster Puri Klaseman Klaten 1 BAB I PENDAHULUAN Upaya memelihara keberadaan serta berkelanjutan keadaan, sifat, dan fungsi air tanah agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang disebut konservasi air tanah. Pemakaian air tanah harus mempertimbangkan faktor kelestarian air tanah, yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas air. Salah satu cara mempertahankan kuantitas air tanah adalah dengan menerapkan sumur resapan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan sumur resapan dapat menambah jumlah air tanah dan mengurangi jumlah limpasan. Limpahan air hujan yang begitu banyak dan tidak terkendali membuat masalah banjir. Air hujan yang berlebih apabila dikelola dengan baik dengan cara ditampung, diolah, dan dimanfaatkan kembali atau disimpan sebagai air cadangan sehingga ketika musim kemarau datang bisa dimanfaatkan sebagai sumber air bersih. Air hujan masuk kedalam tanah secara alami terjadi pada daerahdaerah yang porous misalnya sawah, tanah lapangan, permukaan tanah yang terbuka, hutan, halaman rumah yang tidak tertutup dan lainlain. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah pada awalnya akan membasahi tanah, bangunan, tumbuhtumbuhan dan batuan. Ketika air hujan tersebut jatuh pada daerah yang berpori maka akan meresap kedalam tanah sebagai air infiltrasi, air tersebut semakin lama akan meresap lebih dalam lagi sampai memasuki daerah akuifer dan akhirnya menjadi air tanah. Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah tersebut tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air tanah yang sangat penting. Dengan berubahnya fungsi lahan yang semula terbuka menjadi bangunan rumah dan sarana jalan sebagai akibatnya kemampuan lahan untuk meresapkan air hujan semakin berkurang yang dengan pasti akan menimbulkan peningkatan aliran permukaan atau surface runoff yang akibatnya menimbulkan berbagai genangan bahkan banjir di kala hujan terjadi. Air hujan yang dulu dengan mudah meresap kedalam tanah pada saat hujan saat ini sebagian lahan telah tertutup bangunan hingga terjadi limpasan permukaan surface runoff meningkat. Di sisi lain meningkatnya jumlah sarana prasarana ini telah menyebabkan berbagai dampak antara lain problema air tanah, problema polusi air dan problema banjir. 2 Proses pembangunan yang selalu terjadi dimanapun wilayah yang layak dihuni manusia senantiasa akan terjadi dan berkembang. Penelitian ini membatasi cakupan wilayah sempit di lokasi Klaster Perumahan Klaseman sebagai model penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Fungsi lahan berubah yang semula terbuka menjadi bangunan rumah dan sarana jalan sebagai akibatnya kemampuan lahan untuk meresapkan air hujan semakin berkurang yang dengan pasti akan menimbulkan peningkatan aliran permukaan atau surface runoff yang akibatnya menimbulkan berbagai genangan bahkan banjir di kala hujan terjadi. Air hujan yang dulu dengan mudah meresap kedalam tanah pada saat hujan saat ini sebagian lahan telah tertutup bangunan hingga terjadi limpasan permukaan surface runoff meningkat. Di sisi lain menurut meningkatnya jumlah sarana prasarana ini telah menyebabkan berbagai dampak antara lain problema air tanah, problema polusi air dan problema banjir. Usaha maksimal dalam menerapkan teknik drainase yang saat ini sedang menjadi pilihan dalam rangka menghadapi global warming yaitu sistem drainase air hujan berwawasan lingkungan. Sistem ini menurut [Sunjoto, 2007] terdiri dari tiga kelompok yaitu Sumur Peresapan Air Hujan Recharge Well, Parit Resapan Air Hujan Recharge Trench dan Taman Resapan Air Recharge Yard dan yang terakhir ini juga disebut Taman Bertanggul [Sujono, 2005]. Banjir genangan air hujan dan menurunnya permukaan airtanah groundwater terjadi di berbagai kawasan perumahan. Hal tersebut menjadi rutinitas yang terjadi setiap tahun pada musim hujan dan musim kemarau, yang menyebabkan kerugian material yang sangat besar dan berdampak menurunnya harga perumahan secara dratis. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan sumur resapan air hujan atau pembangunan pompa pengendali banjir. Salah satu faktor yang menyebabkan banjir dan menurunnya permukaan airtanah di kawasan perumahan adalah proses alih fungsi lahan. Proses alih fungsi lahan dari lahan pertanian atau hutan menjadi perumahan dapat menimbulkan dampak negatif, apabila tidak diikuti oleh upayaupaya menyeimbangkan kembali fungsi lingkungan. Di sisi lain dipicu oleh pengembangan fisik bangunan rumah yang terlalu pesat ke arah horisontal yang 3 menyebabkan tidak adanya lagi area terbuka sebagai resapan air, sehingga air yang meresap ke dalam tanah menjadi terbatas dan memperbesar volume aliran permukaan. Salah satu solusi untuk mengatasi banjir dan menurunnnya permukaan airtanah pada kawasan perumahan adalah dengan cara pencegahan sedini mungkin melalui perencanaan dari awal oleh pihak pengembang perumahan kontraktor/developer dengan mengalokasikan lahan untuk pembuatan konstruksi sumur resapan air hujan atau pompa pengendali banjir. Sistem drainase suatu kawasan perumahan biasanya direncanakan sesuai dengan jumlah volume air permukaan yang berasal dari rumahrumah perblok dengan kondisi rumah yang standar rumah belum dikembangkan.Kondisi ini yang membuat dimensi saluran drainase tidak dapat menampung lagi volume air permukaan sejalan dengan pengembangan rumahrumah, yang berakibat terjadinya genangangenangan air bahkan banjir pada kawasan tersebut dan sekitarnya. Sumur resapan air merupakan rekayasa teknik konservasi air yang berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan diatas atap rumah dan meresapkannya ke dalam tanah. Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur resapan air antara lain 1 mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi, 2 mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah, 3 mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai, 4 mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, dan 5 mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah. Sumur resapan air ini berfungsi untuk menambah atau meninggikan air tanah, mengurangi genangan air banjir, mencegah intrusi air laut, mengurangi gejala amblesan tanah setempat dan melestarikan serta menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka karena itu pembuatan sumur resapan perlu digalakkan terutama pada setiap pembangunan rumah tinggal. Adanya sumur resapan dapat mengurangi volume air limpasan permukaan. Air hujan yang jatuh di atas permukaan atap bangunan rumah dialirkan melalui 4 talang terus ditampung ke dalam sumur resapan. Dengan demikian, air hujan tidak mengalir ke manamana dan mengurangi air limpasan permukaan. Pemasangan sumur resapan dapat dilakukan dengan model individual dan komunal. Sumur resapan model individual adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu rumah, sedangkan yang satu sumur resapan komunal digunakan secara bersamasama untuk lebih dari satu rumah. Air hujan yang jatuh ke halaman rumah harus dapat diserap oleh lahan halaman rumah itu sendiri dan tidak melimpas ke luar halaman rumah. Halaman rumah secara alamiah dapat menyerap curahan air hujan, termasuk dari air hujan dari cucuran atap rumah, yang mengalir melalui talang. Dalam hal ini sumur resapan dapat ikut mengurangi sumbangan banjir dengan mengurangi volume runoff air hujan. Masuknya air hujan melalui peresapan infiltrasi inilah yang menjaga cadangan air tanah agar tetap dapat dipanen dengan mudah. Permukaan airtanah memang berubahubah, tergantung dari pasokan air dan eksploitasinya. Dengan memasukkan ke dalam sumur resapan, air hujan yang jatuh di areal perumahan tidak terbuang percuma ke selokan terus mengalir ke sungai. Banjir dan menurunnya permukaan air tanah yang melanda beberapa kawasan perumahan telah berlangsung cukup lama dan bahkan telah dianggap sebagai rutinitas yang terjadi setiap yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan membangun sumur resapan air pada setiap rumah dalam suatu kawasan perumahan atau membangun pompa pengendali banjir. Sumur Resapan Air Hujan Recharge Well merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi banjir dan menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan pertimbangan a pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan biaya besar, b tidak memerlukan lahan yang luas, dan c bentuk konstruksi SRA sederhana. Sumur resapan air merupakan rekayasa teknik konservasi air yang berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah. Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur resapan air antara lain 1 mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga memperkecil 5 kemungkinan terjadinya banjir dan erosi, 2 mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah, 3 mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai, 4 mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, dan 5 mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah. Dalam lingkungan perumahan tidak bisa dipungkiri dan dipastikan terjadi limpasan air permukaan surface runoff akibat tertutupnya areal tanah dengan bangunan rumah, perkerasan halaman [carport], sarana jalan [paving block disarankan masih terjadi resapan air tanah]. Dari limpasan air permukaan dikumpulkan dalam saluran drainase agar arah aliran air tidak liar. Untuk mengambil kesempatan dalam mengelola air limpasan yang terkumpul dalam saluran makan dibuatlah saluran yang bisa memberikan kesempatan air bisa meresap ke dalam tanah dengan tidak memberikan dasar saluran dengan pasangan. Sehingga masih memberikan kesempatan kepada air untuk bisa meresap ke dalam tanah semaksimal mungkin. Disamping cara tersebut juga memberikan sumur resapan pada jalur saluran drainase Recharge Trench tersebut pada titiktitik tertentu sesuai dengan perhitungan kebutuhan unit sumur resapan sebagai konversi pengganti luasan areal yang tertutup akibat pembangunan rumah dan fasilitas lainnya [carport, jalan paving]. Sumur resapan air hujan adalah prasarana untuk menampung dan meresapkan air hujan ke dalam tanah. Sedangkan Lahan pekarangan adalah lahan atau halaman yang dapat difungsikan untuk menempatkan sumur resapan air hujan. Persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut ; 1 Sumur resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relative datar; 2 Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan yang tidak tercemar; 3 Penempatan sumur resapan air hujan harus mempertimbangkan keamanan bangunan sekitarnya; 4 Harus memperhatikan peraturan daerah setempat; 5 Halhal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui Instansi yang berwenang. Persyaratan teknis yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut ; 6 1 Kedalaman air tanah Kedalaman air tanah minimum 1,50 m pada musim hujan, 2 Permeabilitas tanah Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai permeabilitas tanah ≥ 2,0 cm/jam, dengan klasifikasi sebagai berikut; a permeabilitas tanah sedang geluh kelaunan 2,0 – 3,6 cm/jam atau 0,48 – 0,864 m3/m2/hari b permeabilitas tanah agak cepat pasir halus 3,6 – 36 cm/jam atau 0,864 – 8,64 m3/m2/hari; c permeabilitas tanah cepat pasir kasar, lebih besar 36 cm/jam atau 8,64 m3/m2/hari 3 Jarak terhadap bangunan Jarak penempatan sumur resapan air hujan terhadap bangunan, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jarak minimum sumur resapan air hujan terhadap bangunan No. Jenis Bangunan Jarak minimum dari sumur resapan air hujan m 1. Sumur resapan air hujan/ sumur air bersih 3 2. Pondasi bangunan 1 3. Bidang resapan /sumur resapan tangki septik 5 Catatan Jarak diukur dari tepi ke tepi Perhitungan sumur resapan air hujan terbagi atas 1 Volume andil banjir dapat digunakan rumus sebagai berikut Vab = 0,855. Ctadah.. Atadah. R ...................................... 1 Dimana Vab = Volume andil banjir yang akan ditampung sumur resapan m3 Ctadah = koefisien limpasan dari bidang tadah tanpa satuan Atadah = Lias bidang tadah m2 R = Tinggi hujan harian ratarata L/m2/hari 7 2 Volume air hujan yang meresap digunakan rumus sebagai berikut = . .………………………………… 2 Dimana Vrsp = volume air hujan yang meresap m3 te = durasi hujan efektif jam te = 0,9. R0,92 /60 jam R = tinggi hujan harian ratarata L/m2/hari Atotal = luas dinding sumur + luas alas sumur m2 K = koefisien permeabilitas tanah m/hari untik dinding sumur yang kedap, nilai Kv = Kh, untuk dinding tidak kedap diambil nilai Kratarata Kratarata= ………………………3 Dimana; Kratarata = koefisien permeabilitas tanah ratarata m/hari Kv = koefisien permeabilitas tanah pada dinding sumur m/hari = 2 Kh Kh = Koefisien permeabilitas tanah pada alas sumur m/hari Ah = luas alas sumur dengan penampang lingkaran = ¼ π. D2. m2 = luas alas sumur dengan penampang segi empat = P. L. m2 Av = luas dinding sumur dengan penampang lingkaran = π. D. H m2 = luas dinding sumur dengan penampang segi empat = 2. P. L m2 3 Volume penampung storasi air hujan digunakan rumus sebagai berikut Vsstorasi = Vab – Vrsp ............................... 4 Penentuan jumlah sumur resapan air hujan, terlebih dahulu menghitung Htotal sebagai berikut 8 Htotal = .. 5 n = ................................... 6 dimana n = jumlah sumur resapan air hujan buah Htotal = kedalaman total sumur resapan air hujan m Hrencana = kedalaman yang di rencanakan < kedalaman air tanah m Penelitian yang pernah dilakukan Eka Ayu Indramaya dan Ig. L. Setyawan Purnama 2013 melakukan penelitian Rancangan Sumur Resapan air hujan sebagai salah satu usaha konservasi air tanah di perumahan Dayu Baru Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan Nopandi Valentinus Parhusip dan Ivan Indrawan 2014 Penerapan Sumur Resapan pada Perencanaan Drainase Wilayah di Kecamatan Tarutung Studi Kasus Kawasan Permukiman Kelurahan Hutatoruan VII. Penelitian Pembuatan Sumur Resapan Dalam Perumahan Sebagai Model Konservasi Air Tanah Upaya Mempertahankan Air Tanah Akibat Dampak Pembangunan bisa digunakan sebagai model pembuatan sumur resapan di wilayah Kabupaten Klaten sebagai syarat pembuatan sumur resapan saat dilakukan pembangunan yang menutup lahan terbuka dengan konversi luasan yang dibangun. BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Penelitian Penelitian ini akan membahas dan mengetahui bagaimana mendapatkan pola konversi lahan tertutup yang digunakan untuk pembangunan digantikan oleh adanya sumur resapan sebagai upaya konservasi air tanah agar mengacu kepada konsep pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini menghasilkan solusi pengganti ruang terbuka yang digunakan untuk bangunan dengan sejumlah sumur resapan sebagai penggantinya. 9 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini bisa diimplentasikan dalam skala yang lebih besar dan luas untuk cakupannya sehingga dapat dipergunakan sebagai acuan dalam mengontrol dan mengendalikan kelestarian air tanah yang lebih luas lagi. Cakupan yang lebih besar yakni Wilayah Kabupaten Klaten yang semakin hari terjadi rawan banjir di beberapa tempat, sehingga bisa menjadikan referensi untuk mengambil keputusan terhadap penanggulangan banjir secara dini. BAB IV METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode survei sedangkan untuk analisis menggunakan analisis kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan dua metode yaitu metode purposive sampling untuk pengukuran permeabilitas yang mempertimbangkan pengambilan sampel pada lahan yang belum diberi perkerasan seperti lahan kosong maupun pekarangan rumah sedangkan untuk pengukuran kedalaman muka air tanah dengan mengukur kedalaman permukaan air sumur eksisting dan dengan cara menggali rencana sumur resapan yang akan dipakai dalam komplek perumahan. Langkahlangkah pererncanaan sumur resapan mengikuti ketentuan dari SNI 0324532002 Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan. Beberapa parameter yang digunakan untuk menentukan desain sumur resapan antara lain a. Mengetahui Kedalaman Muka Air Tanah Kedalaman muka air tanah diketahui dari mengukur permukaan air sumur eksisting dan menggali rencana sumur resapan dan mengukur kedalaman permukaan air tanahnya. b. Mengetahui Nilai Permeabilitas Tanah Dalam Penelitian ini Nilai Permeabilitas Tanah dengan menggunakan persyaratan teknis struktur tanah yang mempunyai permeabilitas sedang geluh kelaunan 2,0 – 3,6 cm/jam atau 0,48 – 0,864 m3/m2/hari berdasarkan dari hasil klasifikasi tanah galian untuk sumur resapan. Perhitungan dan penentuan jumlah sumur resapan air hujan 1. Perhitungan sumur resapan air hujan Perhitungan sumur resapan air hujan terbagi atas 10 1 Volume andil banjir dapat digunakan rumus sebagai berikut Vab = 0,855. Ctadah.. Atadah. R Dimana Vab = Volume andil banjir yang akan ditampung sumur resapan m3 Ctadah = koefisien limpasan dari bidang tadah tanpa satuan Atadah = Luas bidang tadah m2 R = Tinggi hujan harian ratarata L/m2/hari 2 Volume air hujan yang meresap digunakan rumus sebagai berikut = . . Dimana Vrsp = volume air hujan yang meresap m3 te = durasi hujan efektif jam te = 0,9. R0,92 /60 jam R = tinggi hujan harian ratarata L/m2/hari Atotal = luas dinding sumur + luas alas sumur m2 K = koefisien permeabilitas tanah m/hari untuk dinding sumur yang kedap, nilai Kv = Kh, untuk dinding tidak kedap diambil nilai Kratarata Kratarata= Dimana Kratarata = koefisien permeabilitas tanah ratarata m/hari Kv = koefisien permeabilitas tanah pada dinding sumur m/hari = 2 Kh Kh = Koefisien Permeabilitas Tanah Pada Alas Sumur m/hari Ah = luas alas sumur dengan penampang lingkaran = ¼ π. D2. m2 = luas alas sumur dengan penampang segi empat = P. L. m2 Av = luas dinding sumur dengan penampang lingkaran = m2 = luas dinding sumur dengan penampang segiempat = m2 3 Volume penampung storasi air hujan digunakan rumus sebagai berikut Vsstorasi = Vab – Vrsp 2 Penentuan Jumlah Sumur Resapan Penentuan jumlah sumur resapan air hujan, terlebih dahulu menghitung Htotal sebagai berikut Htotal = n = 11 Dimana n = jumlah sumur resapan air hujan buah Htotal = kedalaman total sumur resapan air hujan m Hrencana = kedalaman yang di rencanakan < kedalaman air tanah m Langkah-langkah Penelitian Langkahlangkah yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sumur resapan air hujan adalah sebagai berikut Mulai ≥ 1,5 m Kedalaman air 3 m SRAH 1 m PB ≥ 0,48 Permeabilitas Kemiringan tanah Persyaratan tidak Kriteria perencanaan R. Catap. Atadah.. Hrencana. Diameter Perhitungan dan penentuan Stop System penampungan air hujan terpusat Waduk, dan lainlain tidak tidak Ya Keterangan SRAH = Sumur Resapan Air Hujan PB = Pondasi Bangunan SRTS = Sumur Resapan Tangki Septik 12 BAB V HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI Luasan area Klaster Perumahan Puri Klaseman Klaten lebih kurang m2 dengan luas bangunan rumah dan lahan kaveling tertutup carport sebesar 650 m2 sedangkan untuk perkerasan jalanpaving block 255 m2, sisanya 595 m2 berupa open space dan taman lingkungan. Berdasarkan pendekatan perhitungan metode SNI 0324532002 Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan rumus menghitung volume air limpasan permukaan pada bidang rumah dan carport, koefisien limpasan permukaan runoff coefficient dengan C= tinggi curah hujan untuk wilayah Jawa dengan R=50 mm/hari. Analisa perhitungan Sumur resapan Dengan menggunakan Rumus Perhitungan Sumur Resapan pada Bidang Rumah sebagai berikut Ctadah = 0,85Atadah = 650mR = 50mm/hari Vab =23619,38lt =23,61938m3 D = 1m H = 1,5m Ktanah = 20cm/jam = 4,8m/hari Kh = 2,4m/hari te = 32,9075menit =0,548458jam 13 Krerata = 2,742857Kv = 4,8Ah = 0,785mKh = 2,4Av = 4,71mAtotal = 5,495Vrsp = 0,344432mVstorasi = 23,27494mHtotal = 29,64961m Hrencana = 1,5m n = 19,76641Bh Dengan menggunakan Rumus Perhitungan Sumur Resapan pada Bidang Jalan Paving sebagai berikut Ctadah = 0,85Atadah = 255mR = 50mm/hari Vab = 9266,063lt = 9,266063mD = 1m H = 1,5m Ktanah = 20cm/jam = 4,8 m/hari m3/m2/hari Kh = 2,4m/hari te = 32,9075 menit 0,548458jam Krerata = 2,742857Kv = 4,8Ah = 0,785mKh = 2,4 14 Av = 4,71mAtotal = 5,495Vrsp = 0,344432mVstorasi = 8,921631mHtotal = 11,36513m Hrencana = 1,5m n = 7,576756bh Pembahasan Volume yang bisa ditampung oleh sumur resapan pada areal rumah seluas 650 m2 , koefisien limpasan permukaan runoff coefficient dengan C= tinggi curah hujan untuk wilayah Jawa dengan R=50 mm/hari. adalah Vab=23,62 m3. Volume air hujan yang meresap ke dalam tanah Vrsp=0,34 m3. Volume penampung storasi air hujan Vstorasi=23,27 m3. Dengan demikian kebutuhan sumur resapan untuk menampung limpasan air hujan akibat dari tertutupnya lahan terbuka oleh rumah dan carport sebanyak 19,77 buah sumur resapan, dalam praktek dibuat 20 unit. Dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m, kedalaman 1,5 m atau 3 buah buis beton untuk setiap sumur resapan. Letak sumur resapan dalam penempatan di lokasi setiap unit kaveling diletakkan berada di open space bagian belakang rumah dan satunya lagi diletakkan di ruang terbuka taman depan rumah. Sedangkan sebagai pengganti lahan yang tertutup oleh paving block seluas 255 m2, koefisien limpasan permukaan runoff coefficient dengan C= tinggi curah hujan untuk wilayah Jawa dengan R=50 mm/hari, volume yang bisa ditampung oleh sumur resapan Vab=9,27 m3. Volume air hujan yang meresap ke dalam tanah Vrsp=0,34 m3. Volume penampung storasi air hujan Vstorasi=8,92 m3. Dengan demikian kebutuhan sumur resapan untuk menampung limpasan air hujan akibat dari tertutupnya lahan terbuka oleh paving block sebanyak 7,58 buah sumur resapan, dalam praktek dibuat 8 unit. Dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m, kedalaman 1,5 m atau 3 buah buis beton untuk setiap sumur resapan. Letak sumur resapan dalam penempatannya diletakkan disetiap 15 perbatasan unit kaveling satu dengan lainnya berada dibawah saluran drainase jalan. Plotting dalam gambar perencanaan area permukiman dengan lausan lebih kurang 1500 m2 dengan luas bangunan rumah dan lahan kaveling tertutup carport sebesar 650 m2 sedangkan untuk perkerasan jalanpaving block 255 m2, sisanya 595 m2 berupa open space dan taman lingkungan sebagai berikut GAMBAR DENAH SITE PLAN KLASTER PURI KLASEMAN KLATEN 16 GAMBAR KONDISI EKSISTING LAHAN PURI KLASEMAN KLATEN 17 GAMBAR PEMBUATAN SUMUR RESAPAN KLASTER PURI KLASEMAN 18 GAMBAR KONDISI KLASTER PURI KLASEMAN SETELAH SELESAI BAB VI RENCANA TAHAP BERIKUTNYA Penelitian dosen pemula ini merupakan penelitian satu tahun sehingga penelitian selesai dilakukan pada tahun ini pula. Namun penelitian tentang PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN AIR HUJAN DALAM PERUMAHAN SEBAGAI UPAYA KONSERVASI AIR TANAH Upaya Mempertahankan Air Tanah Akibat Dampak Pembangunan Perumahan Puri Klaseman Klaten masih perlu dilanjutkan untuk cakupan yang lebih luas lagi, yakni untuk areal yang meliputi wilayah perkotaan dimana perkembangan pembangunan perumahan dan industri semakin pesat. 19 Dalam cakupan tingkat administrasi Kabupaten Klaten perlu dilakukan kajian dan penelitian lebih lanjut, mengingat dari waktu ke waktu daerah Klaten bagian Selatan meliputi Kecamatan Gantiwarno, Wedi, Bayat, Cawas, Pedan dan Karangdowo merupakan daerah potensi terjadi banjir yang mana daerah tersebut merupakan daerah rendah wilayah Klaten pertemuan daerah tinggi bagian Selatan yakni Kabupaten Wonosari Yogyakarta dan bagian Utara wilayah Klaten dataran Tinggi Gunung Merapi. Penelitian lanjutan nanti mencakup wilayah se Kabupaten Klaten dengan rencana hasil rekomendasi untuk membuat bangunan tangkapan air agar bisa mengurangi aliran air permukaan yang menuju ke wilayah tersebut di atas. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jumlah sumur resapan yang dibangun pada kaveling sebagai penampung limpasan air hujan dari semua atap bangunan rumah dan carport sebanyak 20 unit yang diletakkan pada masingmasing unit kaveling setiap satu unit kaveling dibangun 2 unit sumur resapan yang mana satu unit diletakkan dibagian belakang ruang terbuka kaveling dan satu unit diletakkan di bagian depan ruang terbuka rumah taman dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m, kedalaman 1,5 m. Jumlah sumur resapan yang dibangun pada sepanjang saluran drainase sebagai penampung limpasan air hujan dari jalan paving block sebanyak 8 unit yang diletakkan di perbatasan antar unit kaveling berada di bawah saluran drainase dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m, kedalaman 1,5 m. Saran Perlu diadakan penelitian lebih detail lagi untuk menentukan nilai permeabilitas tanah setempat agar akurasi data lebih baik, untuk menghitung volume air yang meresap ke dalam tanah. Mengingat karakteristik dari tanah di lingkungan Kabupaten Klaten bervariasi mulai dari tanah yang berpasir, lempung sampai bebatuan. Perlu data curah hujan pada stasiun terdekat dari wilayah penelitian untuk mendapatkan nilai tinggi hujan harian rerata yang mendekati nilai sebenarnya. 20 Penggunaan hasil penelitian bisa diimplementasikan untuk cakupan yang lebih luas lagi yakni untuk wilayah Kabupaten Klaten. Konversi pembuatan sumur resapan secara komunal bisa dialokasikan pada lahan terbuka hijau atau fasilitas umum baik yang berada di lingkungan perumahan maupun lingkungan terbuka lainnya milik pemerintah. Sehingga pembuatan sumur resapan bisa menggantikan cadangan resapan air tanah pada lahan/area yang tertutup oleh bangunan dan sarana lainnya. Demikian juga pada area industri perlu adanya kontrol pengendalian terhadap pembuatan sumur resapan atau area cekungan untuk menampung air limpasan permukaan sebagai pengganti muka tanah terbuka yang dipakai sebagai bangunan industri. 21 DAFTAR PUSTAKA Bradja M. Das., 1993, Mekanika tanah Prinsip-prinsip, rekayasa geoteknik, jilid 1, penerbit Erlangga Jakarta; BSN, 2002, SNI 0324532002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Eka, A.,I., dan Ig. L. Setyawan P., 2013, Rancangan Sumur Resapan air hujan sebagai salah satu usaha konservasi air tanah di perumahan Dayu Baru Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Moh. Masduki Hardjosuprapto, Ir, 1999, Drainase perkotaan; Nopandi V., P., dan Ivan I., 2014, Penerapan Sumur Resapan pada Perencanaan Drainase Wilayah di Kecamatan Tarutung Studi Kasus Kawasan Permukiman Kelurahan Hutatoruan VII. Sunjoto, 2007, Peningkatan Tampungan Air Tanah Akibat Infiltrasi di Saluran, Pros. Lokakarya Nasional Rekayasa Penanggulanagan Dampak Pengambilan Air Tanah, Dept. ESDM. PLG, Jakarta 6 September 2007. Sujono, 2005, Laporan Penelitian Survei Drainase Lingkungan Kampus, Yogyakarta Ai RustiniSulwan PermanaKabupaten Garut merupakan salah satu daerah yang berada di Provinsi Jawa Barat yang beriklim tropis basah, hal ini menyebabkan curah hujannya cukup tinggi sehingga terdapat beberapa lokasi yang sering mengalami luapan air yang tinggi atau biasa disebut banjir. Pembangunan embung merupakan langkah yang bisa diambil dalam penanganan banjir yang terjadi di salah satu daerah di Garut yaitu Jl. Bratayudha. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan tipe embung yang cocok dengan tempat perencanaan serta menetukan kapasitas tampungan embung tersebut dengan menggunakan metode perhitungan analisis hidrologi yang meliputi hujan rencana dengan menggunakan Distribusi Normal, Log Normal 2 dan 3 parameter, Gumbel tipe I dan Log Pearson tipe III. Volume embung ditentukan dengan luasan genangan embung berdasarkan elevasi data kontur pada peta topografi. Tahap terakhir adalah menentukan material konstruksi. Hasil perencanaan Embung Bratayudha mempunyai luas 6480 m² dengan volume maksimum m³ dan elevasi maksimum 40,4 + m. Untuk tubuh embung direncanakan berupa dinding turap batu kali yang dilapisi oleh bahan kedap air dan dikombinasikan dengan beton bertulang. Embung Bratayudha ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pengairan lahan pertanian warga. Selain itu, letak embung yang berada pada level muka tanah yang tinggi dan pemandangan alam yang elok, diharapkan dapat menjadi obyek pariwisata baru di Kabupaten FirmansyahSulwan PermanaIndonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan kemajuan peningkatan insfrastuktur serta pembangunan-pembangunan yang terus terjadi. Hal ini mengakibatkan indonesia khususnya Kabupaten Garut sangat rawan terjadi banjir serta kelebihan limpasan air hujan dikarenakan lahan resapan air yang sudah berkurang akibat pembangunan yang terus menerus dilakukan. Oleh karena itu diperlukan suatu rekayasa untuk mencegah banjir tersebut salah satunya yaitu membuat sumur resapan atau yang sering disebut dengan drainase vertikal. Lokasi penelitian ini diambil pada wilayah sekitar Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut. Dengan mengambil curah hujan dari 3 pos hujan yaitu stasiun hujan Kecamatan Tarogong Kidul, Kecamatan Garut Kota serta Kecamatan Samarang. Sedangkan untuk perencanaan sumur resapan ini mengacu pada SNI 8456 2017 dan SNI 03 -2453-2002. Perencanan sumur resapan ini memiliki beberapa tahap antara lain seperti menghitung curah hujan menggunakan Metode Mononobe, Perhitungan Infiltrasi, Analisis Curah Hujan Efektif, Analisis Andil Banjir serta Menentukan Kebutuhan Sumur Resapan yang digunakan pada wilayah Kecamatan Tarogong Kidul tersebut dengan ukuran dimensi sumur resapan yang diperhitungkan. Penggunaan Sumur Resapan ini dapat mecegah terjadinya banjir atau limpasan air yang berlebih dan bisa diterapkan untuk 6 sampai 9 tahun yang akan datang. Dengan debit andil banjir sebesar 251472 m3/jam dan luas dingding sumur 9,42m2, luas alas sumur 0, tanah Prinsip-prinsip, rekayasa geoteknik, jilid 1M BradjaDasBradja M. Das. 1993. Mekanika tanah Prinsip-prinsip, rekayasa geoteknik, jilid 1. Jakarta Penerbit 03-2453-2002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan PekaranganNasional Badan StandardisasiBadan Standardisasi Nasional. 2002. SNI 03-2453-2002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Sumur Resapan pada Perencanaan Drainase Wilayah di Kecamatan Tarutung Studi Kasus Kawasan Permukiman Kelurahan Hutatoruan VIIV NopandiP Dan IvanNopandi V., P., dan Ivan I. 2014. Penerapan Sumur Resapan pada Perencanaan Drainase Wilayah di Kecamatan Tarutung Studi Kasus Kawasan Permukiman Kelurahan Hutatoruan VII.Peningkatan Tampungan Air Tanah Akibat Infiltrasi di Saluran, Pros. Lokakarya Nasional Rekayasa Penanggulanagan Dampak Pengambilan Air TanahSunjotoSunjoto. 2007. Peningkatan Tampungan Air Tanah Akibat Infiltrasi di Saluran, Pros. Lokakarya Nasional Rekayasa Penanggulanagan Dampak Pengambilan Air Tanah, Dept. ESDM. PLG, Jakarta 6 September Penelitian Survei Drainase Lingkungan KampusSujonoSujono. 2005. Laporan Penelitian Survei Drainase Lingkungan Kampus, Sumur Resapan air hujan sebagai salah satu usaha konservasi air tanah di perumahan Dayu Baru Kabupaten Sleman Daerah Istimewa YogyakartaA EkaI L Dan IgP SetyawanEka, A.,I., dan Ig. L. Setyawan P. 2013. Rancangan Sumur Resapan air hujan sebagai salah satu usaha konservasi air tanah di perumahan Dayu Baru Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
pengalihan lahan resapan air menjadi perumahan akan mengakibatkan